Pembangunan Huntap Mandiri Petobo Mangkrak

309 dilihat

Ditulis oleh

Palu, Metrosulawesi.id – Pembangunan Hunian Tetap (Huntap) Mandiri di Kelurahan Petobo saat ini terhenti. Demikian dikatakan Lurah Petobo, Alfin Hi Ladjuni, saat dihubungi Metro Sulawesi melalui ponselnya, belum lama ini.

Menurutnya, data yang diajukan ke pemerintah untuk menerima Huntap mandiri sebanyak 316 Kepala Keluarga (KK) namun dalam Surat Keputusan (SK) hanya keluar 95 KK. Kemudian dari jumlah KK itu, ada yang tidak sesuai persyaratan sehingga berkurang lagi menjadi 35 KK.Selanjutnya setelah melalui proses, hanya 10 KK sajayang menerima bantuan Huntap Mandiri.

“Mangkraknya pembangunan Huntap Mandiri itu, membuat beberapa masyarakat telah mempertanyakan kenapa pekerjaan Huntap Mandiri belum jalan-jalan, bahkan saya sendiri juga demikian memilih Huntap Mandiri, sebab rumah saya juga hilang di Petobo, ” kata Alfin.

Alfin mengaku, tidak mengetahui kenapa pekerjaan Huntap Mandiri itu terhenti, apakah karena dari PUPR-nya atau kontraktornya. Olehnya itu persoalan tersebut masih sementara ditelusuri.

“Sebenarnya pekerjaan Huntap Mandiri itu sudah sementara proses, namun terhenti, misalnya belum dipasang atap sengnya, kami mengganggap pekerjaanya belum selesai,” ungkapnya.

Alfian berharap, yang berkompeten dalam pembangunan Huntap Mandiri ini agar segera memberikan perhatiannya. Sebab masyarakat yang menghuni Huntara di Petobo itu sudah memasuki tahun ketiga.

“Sementara lahan Huntara ini disewa hingga dua tahun saja, tetapi ini sudah lewat beberapa bulan. Bahkan beberapa pemiliki tanah datang ke kantor kami, sehingga kami minta pengertian juga.Sebab jika sudah diambil lahan tanah di Huntara, mau kemana lagi masyarakat kami, artinya adalahharus ada rasa kemanusian sedikit,” ungkapnya.

“Tetapi ada juga yang ngotot ingin kembali membuat perjanjian, maka kami berharap Pemerintah Kota Palu segera memperhatikan nasib para warga Petobo,” tambahnya.

Sebelumnya, sejumlah warga Petobo secara swadaya membangun gerbang di lokasi pintu masuk menuju lokasi bencana alam likuefaksi di kawasan itu. Gerbang itu mereka namakan Wisata Sejarah Likuefaksi Kelurahan Petobo.

Lurah Petobo, Alfin Hi Ladjuni mengatakan, pembangunan gerbang itu atas usulan dari tokoh-tokoh masyarakat Kelurahan Petobo.

“Namun sebagian ada yang memprotes kata wisatanya, menanggapi keluhan masyarakat. Saya menjelaskan bahwa kata wisata bukan untuk berekreasi, tetapi untuk mengenang sejarah likuefaksi. Makanya dinamakan Wisata Sejarah Likuefaksi,” kata Alfin saat dihubungi Metro Sulawesi, Senin, 3 Mei 2021.

Alfin mengatakan, tujuan dari pembangunan gerbang itu untuk mengingatkan sejarah kepada generasi penerus bangsa bahwa di Petobo ini pernah terjadi bencana alam likuefaksi pada 28 September 2018.

“Gerbang itu kami tempatkan dari arah timur, sebab pengunjung biasa datang melalui arah timur tersebut. Pintu gerbang itu dibangun atas pembicaraan santai antara warga sekitar Petobo, sehingga disepakatilah dibangun gerbang tersebut,” ujarnya.

Kata Alfin, di gerbang itu dipasang juga sebuah plang logo Pemerintah Kota Palu, sebab Petobo adalah wilayah Kota Palu.

“Pascabencana gempa lalu hingga saat ini, masih banyak warga datang ke tempat likuefaksi ini. Olehnya itu saya berencana selaku Lurah walaupun belum ada perencanaan dari pemerintah, saya biasa berdiskusi dengan masyarakat Petobo, membuat jalan-jalan setapak yang kita buat sendiri, kemudian bagi yang ingat posisi tanahnya bisa menanam tanaman produktif seperti mangga, nangka, dan buah lainya yang bisa dikonsumsi,” jelasnya.

Reporter: Moh. Fadel
Editor: Yusuf Bj

Sumber: Metro Sulawesi

Tinggalkan Komentar