Warga penyintas bencana yang mendapat Hunian Tetap (Huntap) di Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu mengeluhkan minimnya air bersih untuk keperluan memasak dan mandi, cuci dan kakus (MCK).
Hal ini disampaikan kepada sejumlah wartawan saat berkunjung ke hunian tetap di Duyu, dari amatan di lapangan, baru sekitar 30 persen rumah bantuan pemerintah tersebut ditinggali warga.
Salah satu alasan paling mendasar adalah kebutuhan air bersih yang sering “mati“ dari pada mengalirnya, hal ini sangat berdampak kepada aktifitas keseharian warga.
Padahal, sejak awal bencana terjadi hamper 3 tahun lalu, Pemerintah pusat sudah menjanjikan penyediaan air bersih untuk penyintas bencana sebagai skala Prioritas.
Salah seorang Warga Terdampak Bencana (WTB) yang menghuni Huntap Duyu , AS (46) kepada sejumlah wartawan yang menemuinya menyatakan keprihatinannya dengan kondisi air bersih di huntap yang dihuninya.
“Air bersih disini mengalirnya dalam seminggu biasanya hanya sekali mengalir, itupun kadang tengah malam dan sudah dua bulan ini tidak ada mengalir lagi,” Keluh AS, Sabtu (31/07/2021).
Fitri (26) juga membenarkan hal tersebut, sebagai ibu rumah tangga dirinya merasa kebutuhan air bersih sangat penting untuk memulai kehidupan baru di hunian tetap pasca bencana alam Tsunami yang meluluh lantakkan rumahnya di kawasan pesisir pantai Kampung Lere.
“Mau memasak dan mencuci disini air susah,saya berharap pemerintah sudi melihat kondisi air bersih disini,“katanya memelas.
Masih menurut AS, dirinya dan warga lain di Huntap Duyu terpaksa membeli air bersih untuk menyiasati kelangkaan air di Huntap bantuan pemerintah tersebut.
“Kami terpaksa harus menyiasati dengan membeli air dan isi di tandon yang kami beli sendiri, mau bagaimana lagi ? “ujarnya.
AS juga membeberkan, bahwa pembagian air tidak merata ada beberapa rumah airnya itu lancar sehingga membuat masyarakat huntap lainnya merasa keheranan.
“Itu yang jadi permasalahanya kok yang airnya lancar macam kaya di atur hanya orang yang tertentu mendapatkannya,”beber AS saat di temui di halaman rumahnya.
Padahal kata AS, pada saat sosialisasi dahulu sebelum menempati Hunian Tetap di Duyu, pihak pemerintah melalui Kementrian PUPR telah melakukan sosialisasisosialisasi. Salah satu item penting yang disampaikan ke Warga Terdampak Bencana adalah ketersediaan Air bersih di setiap rumah hunian.
“Saya merasa hanya di PHP (Pemberian Harapan Palsu) Pemerintah, tapi beginilah nasib kami masyarakat, dikase rumah saja kami sudah bersyukur,“tuturnya Pasrah.
Di Huntap Duyu, pemerintah pusat telah membangun sebanyak 220 Huntap satelit lengkap dengan sarana dan Prasarana pemukiman termasuk ruang terbuka hijau,jalan lingkungan, drainase serta lampu jalan.
Ada sekitar 70 Kepala Keluarga (KK) yang telah menghuni Hunian Tetap di Kawasan Kelurahan Duyu dari 230 Huntap yang telah selesai dibangun dan siap ditempati ,sementara untuk menjamin ketersediaan airbersih pemerintah melalui Balai Perumahan dan Pemukiman Wilayah (BPPW) Sulteng membangun SPAM Duyu Tahun 2019.
Sayangnya, hingga pertengahan Tahun 2021, Bak Reservoir SPAM Duyu belum berfungsi maksimal. Debit air yang masuk ke bak penampungan sangat kecil dan sering macet. Padahal keberadaan bak air bersih tersebut sangat penting untuk menyuplai air bersih ke pipa Saluran Rumah (SR) pada kawasan Huntap Duyu.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Air Bersih pada BPPW Sulteng, Helmi belum dapat dikonfirmasi, kabarnya yang bersangkutan masih dalam tahapan isolasi mandiri karena terpapar Covid-19.
“Saya lagi Istirahat pak lg terpapar Covid,“tulis Helmi saat coba dikonfirmasi via WhastApp.* (TIM SP2 )
Sumber: Sulteng News