Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana Sulawesi Tengah, khususnya pembangunan hunian tetap (huntap) ditargetkan selesai pada Maret 2024 mendatang. Meski begitu, masih cukup banyak hal yang belum terselesaikan.
Ketua Satgas Pelaksana Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Pasca Gempa Bumi, Likuefaksi dan Tsunami di Sulawesi Tengah, Arie Setiadi Moerwanto mengakui hal itu.
“Penyelesaian infrastruktur permukiman di Huntap Talise, Petobo dan Tondo 2 kegiatan Central Sulawesi Rehabilitation and Reconstruction Project (CSRRP), ditargetkan selesai pada bulan Maret 2024 ini. Namun, dalam pelaksanaan di lapangan masih terdapat kendala terkait penyediaan air bakunya,” kata Arie dalam sesi pembukaan Rakonis Pertama CSRRP di Palu, Rabu 31 Januari 2024.
Arie saat itu didampingi Kasubdit Wilayah III Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP) Ditjen Cipta Karya Herman Tobo dan Kepala BPPW Sulteng Baskoro Elmiawan serta dan Kepala BP2P Sulawesi II, Bakhtiar.
Dilansir dari rilis yang diterima Metrosulawesi, Rakornis Pertama kegiatan CSRRP Tahun 2024 tersebut, dilaksanakan selama dua hari.
Hari pertama membahas soal eksternal, mengundang perwakilan dari Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Perumahan, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah, Pemerintah Kota Palu, Pemerintah Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala, serta Tim Konsultan. Pada hari kedua membahas soal internal Kementerian PUPR dengan menghadirkan semua konsultan pelaksana SCSRRP.
Arie mengingatkan, keberhasilan kegiatan CSRRP bukan hanya menyelesaikan proses konstruksi, namun harus dilengkapi dengan Perizinan Bangunan Gedung (PBG) juga Sertifikat Layak Fungsi (SLF) dan sertifikat kepemilikan lahan. Oleh karena itu, Arie mengharapkan dukungan dari Pemerintah Daerah untuk mengakomodasi penerbitan PBG, SLF serta sertifikat kepemilikan tanah sebelum Juni 2024.
Saat ini, dari 3.397 unit Huntap yang telah selesai terbangun di Palu, Sigi dan Donggala, baru 264 unit Huntap (Donggala) yang telah terbit PBG. Dari 102 infrastruktur dan bangunan gedung fasilitas publik, saat ini baru terbit lima SLF.
Hal lain lanjut Arie, adalah kesiapan pengelolaan aset kegiatan CSRRP. Dia mengingatkan, pentingnya pemastian pengelolaan aset dan operasional agar diselesaikan sesuai target yang ditetapkan. Hal ini untuk mencegah hal yang tidak diinginkan di masa mendatang khususnya dalam proses loan closing. Olehnya, diperlukan kolaborasi dan sinergi antar unit kerja dalam rangka memastikan kelengkapannya.
Soal kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan (ISL) CSRRP yang masih berlanjut di tahun 2024 ini, Arie meminta agar mekanisme pelaksanaannya mengacu pada pelaksanaan Kegiatan ISL CSRRP tahun lalu. Untuk itu pihaknya mendorong dukungan kerjasama dan kolaborasi yang baik dari pemerintah daerah untuk mengkoordinasikan dan menyosialisasikan penyelenggaraan Kegiatan ISL CSRRP, juga menyediakan lahan yang siap bangun dengan ketentuan clean and clean.
Sumber: Metro Sulawesi