Penyintas Dilatih Membuat Panel Rumah Tahan Gempa

247 dilihat

Ditulis oleh

PALU – Puluhan penyintas, terlihat antusias dan semangat mengikuti arahan dan petunjuk instruktur, dalam membuat produksi panel rumah instan sederhana sehat (risha), di bengkel Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang, Provinsi Sulawesi Tengah, Jalan Towua, Kelurahan Tatura Selatan, Kota Palu, Rabu, (11/9/2019).

Mereka adalah penyintas terdampak bencana binaan Arsistek Komunitas Indonesia (ARKOM) yang sedang mengikuti pelatihan dan fasilitasi, uji sertifikasi tenaga terampil konstruksi, menggunakan mobile Training Unit (MTU) produksi panel risha.

Kepala Seksi Pemberdayaan Jasa Konstruksi, Bina Marga, Sulteng, Tri Asih Amanda, mengatakan, bimtek pelatihan produksi panel risha, diinisiasi oleh lembaga kemanusiaan ARKOM Indonesia, bekerja sama dengan Bina Marga dan Penataan Ruang Sulteng.

Pelatihan produksi panel risha sendiri telah dua kali dilakukan oleh Bina Marga pada daerah terdampak, kali ini kali ketiga di lakukan. Total keseluruhan penyintas yang telah dilatih, sebanyak 93 tenaga terampil.

Dia mengatakan, mereka yang mengikuti pelatihan panel risha lebih diutamakan tukang yang telah berpengalaman dibidang terampil besi dan cor beton yang bersertifikasi.

Adapun materi yang diajarkan pada pelatihan panel risha di antaranya, kata dia, melaksanakan prosedur kerja konstruksi, memotong baja tulangan, menekuk baja tulangan dan lainya.

Ia menyarankan bagi daerah yang potensi gempanya tinggi, lebih baik membangun risha, sebab telah teruji ketahananya pada gempa, lebih cepat dibangun dari rumah konvensional. Dalam waktu tiga hari sudah dapat berdiri struktur dan dindingnya.

Direktur ARKOM Sulteng, Yuli Kusworo, mengatakan bekerjsama dengan balai penelitian dan pengembangan pemukiman di Makasar dan Kementrian PUPR, guna melatih penyintas terdampak, agar mereka mendapat kapasitas sehingga dapat memproduksi panel risha.

Sebab, kata dia, panel risha ini merupakan salahsatu teknologi yang saat ini dianggap paling baik untuk membuat hunian tetap (huntap) tahan gempa.

Pihaknya, berharap warga yang telah mengikuti pelatihan panel risha, bisa terlibat dalam pembangunan huntap yang ada di daerah ini.

Dengan keterlibatan warga diharapkan, kualitas bangunan lebih baik, sebab ada rasa memiliki, karena turut terlibat dalam pembangunanya.

Selain itu, dengan keterlibatan mereka dalam pembangunan huntap ada pemberdayaan ekonomi.

Selain itu, bagi masyarakat terlibat dalam proses pelatihan akan mendapat sertifikat, dimana Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) akan mengeluarkan sertifikasi bagi tenaga terampil pembuatan panel risha.

Sertifikasi ini nantinya, lanjut dia, penting diberikan agar membuat warga percaya diri, mereka bisa bersaing dengan kebutuhan pembangunan perumahan di Sulteng pascabencana.

“Persainganya, siapa memiliki sertifikasi pasti terlibat. Sebab, sertifikasi tenaga konstruksi di Sulteng masih minim,” ujarnya.

Ia menyampaikan, saat ini, Arkom sedang membangun bengkel di Tanjung Padang dan Wani II. Usai pelatihan ini akan segera memproduksi panel risha.

“Arkom memiliki konsep agar pembangunan rumah itu bisa terintegrasi dengan pemberdayaan ekonomi,” ucapnya.

Dia menambahkan, dana stimulan bagi rumah rusak berat Rp 50 juta, sedapat mungkin dapat berputar di masyarakat, bila masyarakatnya terlibat.

Ia memberikan contoh, membangun satu unit rumah jika menggunakan panel risha produk luar harganya Rp25 juta. Tapi, bila masyarakat sendiri terlibat dalam pembuatannya setiap unitnya akan memperoleh Rp 5 juta, dimana biaya produksi panel risha dibuat sendiri hanya menghabiskan Rp20 juta.

“Ini menjadi model dan bisa menginspirasi wilayah lainya, untuk turut terlibat,” imbuhnya.

Salahsatu warga Wani II, Sudirman (67) mengaku sangat berterima kasih adanya pelatihan konstruksi panel risha.

“Dari pelatihan ini, ada banyak ilmu didapatkan, mengenai konstruksi. Semoga sekembalinya dari pelatihan ini, bisa diterapkan dimasyarakat,” harapnya.

Balai Litbang Perumahan Pemukiman, Perekayasa, Darul mengatakan, keunggulan risha ini menggunakan bahan material lokal, pasir, batu pecah, semen, selain itu mudah dirakit dan bisa dibuat pabrikasi di tempat material dan dirakit di lahan sudah siap dijadikan lokasi rumah.

Selain itu, telah teruji dari getaran gempa, hasil pengujian sementara dari puslitbag PUPR dapat menahan getaran gempa bermagnitudo 7.

Untuk sementara kata dia, pihaknya belum memiliki data bangunan menggunakan risha, tapi sudah banyak berminat menjadi aplikator risha.

Pihaknya, pernah melakukan pembangunan risha di lokasi Petobo di bangun sejak tahun 2013, sebanyak 12 unit.

Terkait pembiayaan pembangunan risha, relatif kondisi bangunan akan di bangun sebab menyangkut material dan upah tukang.

Dia mengatakan, material digunakan biasa per panel, risha mempunyai tiga komponen, untuk rumah type 36, membutuhkan panel P1, 78 unit, panel P2, 30 unit, panel P3, 30 unit.

Dimana kata dia, panel P1 berguna untuk sloof, tiang, rimbal, panel P2 membentuk sudut, khusus pada tiang dan panel P3 untuk simpul atau penyambung.

“Waktu yang dibutuhkan dalam pembangunan risha lebih cepat, bila semua panelnya siap untuk dirakit,” tutupnya.

 

Sumber: Kabar Sulteng Bangkit

Tinggalkan Komentar